Salah satu bahasan (selain kopi) yang mampu membuat kami berapi-api membahasnya adalah musik. Oleh karena itu pojokan RMBN lantai 1 yang diubah menjadi etalase CD musik dan berbagai rilisan fisik adalah semacam monumen bagi kami. Disamping tentu sebagai jualan ya.
Jika tak percaya perihal bahasan musik ini, coba saja pancing Bang Allan Arthur tentang Heavy Metal, katakan saja Slash adalah gitaris yang buruk, maka ia dapat menjelaskan lagu mana yang harus didengarkan dalam sepanjang karir bermusik Slash (baik di GnR, Slash’s Snakepit hingga project lainnya) yang dapat mengubah anggapanmu. Atau coba tanya ke Bang Novendra, “Sudah ketemu album Plastik yang pertama itu bang?” Maka ia akan mengutuki kemajuan teknologi yang tak membantunya menemukan album debut band Plastik tersebut.
Obsesi Da Boy untuk kembali bermain drum kerap kali ia ungkapkan, bahkan keinginan untuk menjadi drummer Ghostbuster, tentu kita tak bisa tau bagian tubuh mana yang akan rontok memasuki paruh lagu kedua. Dan seorang Bang Gustav yang merupakan Sobat Padi sejak dalam pikiran, jangan kaget bahwa dimobilnya ada berbagai lagu Padi hingga rekaman live youtube pun ia putar sehari-hari, dari Maransi hingga Jati.
Empat contoh diatas dirasa cukup untuk memperlihatkan bagaimana kita berupaya mengasosiasikan waktu dengan musik yang didengarkan. Bapak-bapak tersebut punya memori khusus dengan band-band yang disebutkan tadi hingga akhirnya menjadi darah daging.
Upaya tersebut kami lakukan juga dengan selalu menyempatkan membuat daftar putar lagu atau playlist tiap tahun yang selain kami bagikan, juga kerap kami putarkan di kedai. Lagu-lagu Indonesia kami utamakan sesuai dengan rilis tahun tersebut, harapan kami tidak banyak, kami ingin suatu hari ketika teman-teman perimbun mendengarkan lagu-lagu ini, ingatan akan membawa waktu kembali ke Jl KIS Mangunsarkoro A/10.
No Comments