Semenjak dirilis secara digital pada 23 Januari 2023, album penuh keempat milik Efek Rumah Kaca menjadi salah satu album yang dinantikan khalayak. Berjarak nyaris satu dekade sejak rilis “Sinestesia”, album ini terasa berbeda karena butuh waktu untuk mengunyahnya secara perlahan–jika album ini adalah makanan, maka setidaknya mesti dikunyah 32 kali agar nutrisinya dapat diserap dengan baik.
Harapan untuk menemukan bagian-bagian anthemic seperti Mosi Tidak Percaya atau mendayu-dayu sendu seperti Desember mesti kita pinggirkan dari pikiran. Namun, agaknya pilihan dan jalinan diksi adalah ciri khas yang tak pernah tanggal dari setiap lirik yang ditulis oleh Cholil dan kawan-kawan sejak album penuh pertama mereka.
Tak salah rasanya beberapa media menyebut album berjudul “Rimpang” ini begitu kuat disemua lini, mulai dari gagasan tema, lirik, hingga musiknya. “Rimpang” membawa kita untuk bermenung dan merenung, mendalami liriknya dan larut dalam alunan musiknya. Begitu sepertinya cara mencerna album berisi 10 lagu ini.
Sebagai pembuktian atas penilaian media terkait album “Rimpang” tersebut, RMBN dan demajors Padang mendapat kesempatan untuk menjadi tuan rumah pada kegiatan “Mendengar Rimpang” secara serempak dengan 10 kota lainnya di Indonesia. Sesi dengar audio-visual album “Rimpang” ini memberikan pengalaman mencerna album “Rimpang” secara berurutan, utuh, dan penuh.
Setidaknya pengalaman ini dirasakan oleh belasan orang yang hadir pada Sabtu 8 April 2023 lalu, layaknya menjalankan ibadah dengan khusyuk dan penuh rasa syukur. Ramainya teman-teman yang hadir malam itu diluar ekspektasi kami karena kegiatan “Mendengar” seperti ini baru pertama kali diselenggarakan kala itu. Semoga kami segera dapat kembali menggelar kegiatan “Mendengar” album-album musik lainnya.
No Comments